Halusinasi
![]() |
Halusinasi |
Nama saya Aliando.
Hidupku cukup damai. Ayah yang bekerja keras, Ibu yang mencintaiku dan kakak
perempuan yang cukup baik. Orang bisa bilang kalau aku cukup sejahtera. Namun
segalanya berubah setelah kejadian itu…
Biasanya, setiap hari minggu, aku bersama keluargaku
bersantai-santai dirumah karena semua pada kelelahan. Namun, hari minggu itu,
akan diadakan upacara pembukaan untuk sebuah toko jepang, dan aku sangat ingin
melihatnya. Sebenarnya, upacara itu tidak terlalu penting. Meskipun itu tidak
penting, aku tetap memaksakan ibuku untuk mengantarku kesana.
“Maaf ya Ndo… Ibu
capek. Mungkin besok saja sepulang sekolah,” kata ibuku dengan wajah yang
benar-benar terlihat kelelahan. Walaupun aku tahu bahwa ibuku akan sangat
tersiksa bila harus mengantar-jemputku, aku bersikap keras kepala.
“Ibu tidak mengerti
perasaanku! Kalau ibu benar-benar mencintaiku, pasti Ibu akan mengantarku,”
begitulah ucapku. Lalu akupun berlari ke kamar dan membanting pintuku. Tak lama
kemudian, ibuku membuka pintuku lalu berkata,
“Ayo, Ndo. Ibu antar.”
Saat itu, aku merasa
cukup puas dengan kelakuanku itu. Akupun segera mempersiapkan diri dan masuk ke
mobil, siap untuk menghadiri upacara pembukaan itu. Saat sampai, aku menyuruh
ibuku untuk menjemputku saat sudah 2 jam. Aku megikuti upacara itu dengan
sangat bahagia, tanpa rasa bersalah sama sekali.
2 jam kemudian, aku menunggu dengan sabar untuk ibuku.
Setelah menunggu 30 menit, rasa sabarku mulai menghilang. Aku terus-menerus
menelpon HP ibuku, namun tidak dijawab. Akhirnya, aku melihat mobilku menuju
arahku. “Akhirnya!” kupikir. Saat aku masuk mobil, ternyata yang menjemputku
bukan ibu, tetapi ayah. Suasana di mobil terasa sangat tegang dan ada hawa
kesedihan.
“Mana ibu?” aku
bertanya. Namun ayahku hanya diam saja. Saat aku memperhatikan jalan, ternyata
kita tidak menuju rumah, tetapi rumah sakit. Aku bingung. Mungkin Ayah ingin
beli obat? Sesampainya di rumah sakit, ayahku berjalan menuju Dr. Herry,
doktornya ibuku. Di belakangnya aku melihat kakakku menangis.
“Bagaimana kabarnya
Dok?” tanya ayahku.
“Maaf Pak…”katanya,
“sudah terlambat untuk menyelamatkannya.”
Itulah saat hidupku
hancur.
Aku tahu bahwa kematian ibuku adalah salahku. Bila aku
tidak memaksanya untuk mengantarku ke upacara itu pada saat ia sedang lelah,
mungkin aku masih bisa melihatnya tersenyum saat ini. Aku tak bisa memaafkan
diriku. Setelah kejadian itu, entah kenapa, aku merasa Ibu memperhatikanku
setiap saat. Tidak lama kemudian, aku bisa melihatnya. Pertama, aku melihatnya
di depan toko jepang. Lalu aku melihatnya dimana-mana. Dia selalu mengikutiku
kemanapun aku pergi, menatapku dengan sepasang mata yang tak berjiwa. Tidak ada
tempat dimana dia tidak mengikutiku. Sekitar 1 bulan setelah itu, aku bisa
berkomunikasi dengan Ibu. Saat aku sedang dalam kesusahan, Ibu selalu ada
untukku, memberi nasihat untukku. Namun, suatu hari, kakakku mendengar
perbincanganku dengan Ibu.
“Kamu bicara dengan
siapa?” ia bertanya.
“Dengan Ibu. Ini dia
didepanku. Ibu mau nanya kabarmu nih,” kujawab.
Sejak saat itu, Ayah
mendaftarkanku di Rumah Sakit Mawar, yaitu rumah sakit jiwa. Aku sebenarnya
tidak tahu mengapa aku dimasukkin situ. Aku tidak merasa sakit, namun menurut
Dr. Anya (doktorku), aku menderita skizofrenia. Ketika aku mendengar perbincangan
Dr. Anya dengan Ayah, aku mendapatkan ilmu bahwa skizofrenia adalah sebuah
penyakit mental yang dapat terjadi karena keturunan maupun trauma. Dalam
keadaanku, aku menderita skizofrenia karena trauma yang disebabkan kematian
ibuku. Jadi sekarang aku sedang ber’halusinasi’, yaitu ‘melihat’ arwah ibuku,
meskipun ia sebenarnya tidak ada disitu. Katanya juga, ‘penyakit’ ini sangat
berbahaya karena bila ini terus-menerus terjadi, aku akan percaya bahwa orang
itu adalh benaran disitu dan akan melakukan apa yang dikatakan oleh halusinasi
itu, contohnya membunuh ataupun hal-hal lain. Jadi dengan terpaksa, aku harus
mengikuti kegiatan-kegiatan disitu.
Setelah sekian lama mengikuti kegiatan itu, aku ketemu
seorang perempuan. Di pandanganku, dia perempuan tercantik yang pernah aku
jumpai. Aku langsung jatuh cinta. Ternyata kita mengikuti kegiatan bersama yang
sama dan dia pendatang baru.
“Semuanya, mohon
perhatian,” kata Dr. Anya, “kami ada pendatang baru bernama Lucy. Sekarang,
mohon semuanya memperkenalkan diri.”
Kamipun memperkenalkan
diri kita masing-masing. Namun, Lucy hanya melihat lantai dengan sepasang mata
yang terlihat seolah baru menangis. Ternyata, Lucy menderita anoreksia, yaitu
gangguan makan.
“Pantes aja dia kurus
sekali! Yah, gak masalah, dia seorang model di mata ku..” ku berpikir.
Tetapi, Lucy tidak
pernah berbicara. Di setiap pertemuan ia hanya melihat lantai dengan mata yang
kosong dan tidak mau menjawab siapapun. Meskipun itu, ia tetap menjadi cinta
pertamaku. Aku ingin sekali menembaknya ataupun mengajak berbincang, namun ada
suatu halangan. Pacarnya. Ternyata Lucy sudah mempunyai seorang pacar yang ‘sepertinya’
mencintainya dengan sepenuh hati. Aku menjadi iri hati dan langsung membenci
cowok itu. Bisa-bisa nya dia merebut si Lucy dariku! Tetapi, dengan setengah
hati, akupun diam saja.
Setelah sebulan lewat, Lucy absen dari kegiatan bersama. Aku
kira ia hanya sibuk sementara. Namun setelah ia telah absen untuk 3 kali
pertemuan, Dr. Anya menyatakan dengan penuh kesedihan bahwa Lucy telah mengakhiri
nyawanya dan pergi ke Tuhan. Aku kaget.
“Tidak mungkin! Seorang
yang cantik seperti itu tidak mungkin bunuh diri!” ku berpikir.
Saat aku memandang
tempat duduk yang biasanya ditempati oleh Lucy, aku kaget karena melihat
seorang wanita yang cantiknya serupa dengan Lucy. Saat aku melihat lebih rinci,
ternyata itu Lucy! Kejadian ini sama seperti ketika Ibu meninggal.
“Ini tidak mungkin
karena sebuah penyakit! Itu benar-benar Lucy!” ku berpikir.
Lucy bisa dilihat
sedang menangis. Ia mengangkat kepalanya dan memandangku dengan wajah serupa
dengan malaikat dan berbisik di telingaku, “tolong.” Lalu, entah dari mana,
muncul sebuah pemikiran. Pasti pacarnya itu yang membunuh cintaku itu dan
menyatakan itu bunuh diri! Rasa marah di hatiku menutupi semua pikiran rasional
di kepala. Kebetulan sekali, ia masuk ke dalam ruang kegiatan kami untuk
menyampaikan sepatah tentang Lucy. Tanpa berpikir panjang, aku langsung berdiri
dan lari ke cowok itu. Aku mulai mencekik dirinya sambil berteriak,
“Dasar kau!
Bisa-bisanya ya kamu! Belum cukupkah merebutkan cintanya Lucy dariku? Sekarang
kamu merebutkan jiwanya juga?!”
Mukanya cowok itu menjadi sangat merah. Aku
hanya tertawa.
“Gimana? Sekarang kau
bisa rasakan apa yang dirasakan oleh Lucy saat kamu membunuhnya!”
Tiba-tiba ada dua orang
petugas yang menarikku dari cowok itu. Ia langsung jatuh dan mengambil nafas
udara yang banyak. Aku berusaha lari kepadanya tetapi dipegang oleh
petugas-petugas itu. Aku langsung dibawa keluar ruangan dan dimasukkan ke dalam
ruangan lain. Kedua petugas itu meninggalkan aku di situ dan keluar, mengunci
pintu. Aku gedor-gedor pintu agar bisa keluar. Tetapi saya berhenti setelah
mendengar suara Lucy,
“Berhentilah, sayang.
Kau hanya akan melukai dirimu.”
Saat aku melihat ke
belakangku, aku melihatnya. Aku jalan kearahnya, ingin memegangnya. Saat aku
sudah didekatnya, ternyata ada sebuah pintu berkaca yang merupakan pintu menuju
balkon yang menghalangiku. Saat aku mencoba membuka pintu itu, ternyata tidak
dikunci. Lalu aku segera berjalan ke Lucy. Ternyata si Lucy sedang terbang di
depannya pembatas balkon. Akupun naik ke atas pembatas balkon itu.
“Sini, apa kamu tidak
mau memelukku?” ia bertanya.
“Tapi, kata Dr. Anya,
kau hanya sebuah halusinasi!” ku berkata.
“Apakah aku terlihat
seperti halusinasi?” Aku menggeleng kepalaku.
“Jadi apa yang
menghambatmu? Eh, kamu mau gak sama aku?”
“Iya, aku sangat mau.
Aku mencintaimu Lucy!” aku berkata.
“Aku juga cinta sama
kamu Aliandoku…” Ia menjawab.
Air mata mulai keluar
dari mataku. Ternyata si Lucy juga mencintaiku! Di sebelah Lucy, muncul lah
ibuku yang bersenyum kepadaku.
“Aliando, anakku. Kita
sudah lama tidak bertemu! Ayo, ikut bersama kami. Kita semua bisa bahagia!”
Di belakangku aku bisa
mendengar suaranya Dr. Anya berteriak kepadaku. Namun aku tak peduli. Dua orang
yang sangat kucintai sedang berdiri di depanku! Aku hanya bisa lihat wajah Lucy
yang tersenyum untukku. Akhirnya aku bisa bersama dengannya. Aku mengambil
langkah untuk memeluk si Lucy. Aku dengar seseorang berteriak,
“Tidak!!”
Aku hanya menutup
mataku dan memeluk Lucy. Aku bisa merasa diriku jatuh. Tetapi yang ada di
pikiranku hanya Lucy. Lucy, Lucy, Lucy. Akhirnya aku bisa bersamamu.
-Rahma Sekar Andini-
P.s tolong JANGAN PLAGIAT!! KALAU KETAUAN BAKALAN ADA SANKSINYA karena aku sudah pasang COPYRIGHTS.
Thx :3
0 comments